Baca Juga: Pj Gubernur Sumut Ajak MUI Terus Berperan Bentuk Generasi Muda Bebas Narkoba
Muhammad Anggie J. Daulay, S.S., M.Hum selaku Dosen Unimed Prodi Sastra Indonesia yang merupakan anggota tim pengabdian, mengatakan anak-anak Kampung Nelayan Seberang memiliki bakat yang terpendam.
"Bagaimana mereka menyusun kata-kata, memaksimalkan ide, dan merangkai persajakan cukup bagus. Nilai-nilai kehidupan yang mereka angkat juga sangat representatif. Benar-benar menggambarkan kondisi mereka di pesisir," ungkap Muhammad Anggie, J. Daulay, S.S., M.Hum. yang turut aktif sebagai juri kegiatan sastra maupun seni pertunjukan di Sumatera Utara.
"Saya melihat adanya gejolak batin dari puisi-puisi mereka. Ada keresahan yang tersimpan di sana, ada pula ajakan untuk konservasi bakau agar dapat meredakan pasang laut. Hal ini yang sesungguhnya membuat saya takjub dengan mereka. Bahwa di samping akses pendidikan di kampung ini yang sulit, tapi mereka bisa membuat puisi dengan indah dan penuh pertimbangan," tambah Anggie.
Anak Pondok Belajar Arnila bernama Sulis merasa senang telah didampingi dalam membuat puisi dan menciptakan buku. Mereka merasa bangga telah menciptakan buku karya sendiri.
"Menulis puisi itu asyik. Apalagi berhasil dibukukan. Ada rasa bangga sendiri bagi kami kalau menunjukkan karya sama orang tua. Pokoknya senang kali," ucap Sulis.
"Bukunya cantik. Kami juga bisa menceritakan apa yang terjadi di kampung kami. Seperti kampung kami yang sering pasang dan air sampai masuk rumah, atau bahkan ikan yang harganya murah," pungkas Salwa, anak-anak Kampung Nelayan Seberang yang lain.
Penulis: devi marlin