JAKARTA-Portibinews: Dikutip dari tulisan Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI/Ketua Dewan Pembina Alumni Doktor Ilmu Hukum UNPAD/Dosen Tetap Fakultas Hukum, Ilmu Sosial & ilmu Politik (FHISIP) Universitas Terbuka dan Universitas Perwira Purbalingga (UNPERBA) menerangkan,TAHUN politik menuju pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan anggota legislatif (Pileg) pada 2024 hendaknya tidak dimanfaatkan untuk mengeskalasi benih-benih disharmoni dalam dinamika kehidupan masyarakat.
Sebaliknya menurut Bamsoet, semua unsur kekuatan politik didorong untuk lebih menampilkan politik yang bermartabat guna mereduksi benih disharmoni itu.
Baca Juga: Resmi, Balai Pustaka Garap Film Kutukan Peti Mati Akan Tayang 29 Juli
Akan menjadi sangat ideal jika agenda politik pemilihan umum (Pemilu) itu dijadikan momentum pembelajaran bagi generasi muda menggunakan hak politiknya; yakni hak memilih pemimpin nasional dan daerah, serta hak memilih para wakil mereka di parlemen.
Dalam konteks pembelajaran politik itu, generasi muda, terutama generasi Z, diajak untuk menyoal dan menilai kompetensi calon pemimpin dan calon anggota legislatif (Caleg), rekam jejak, serta kepedulian calon pemimpin dan para Caleg pada ragam masalah sosial dan ekonomi yang mengemuka.
" Memilih calon pemimpin yang kompeten dan fokus mengabdi kepada bangsa-negara adalah kehendak semua orang," ungkap Bamsoet.
Baca Juga: Presiden Jokowi: Jembatan Kretek 2 di Kabupaten Bantul Penghubung Jalur Selatan Jawa
Maka, melalui sarana media sosial, beberapa kelompok masyarakat saat ini sudah dan mulai mengajak serta mendorong generasi muda untuk cerdas dan bijak dalam menilai calon-calon pemimpin yang sudah dimunculkan kekuatan-kekuatan politik.
Agar penilaian orang muda obyektif, tentu saja mereka patut diberikan informasi yang benar dan akurat.
Sayangnya, gema pembelajaran itu tak jarang tenggelam oleh gelombang berita bohong (hoax) yang tentu saja bisa menyesatkan.
Baca Juga: Cak Imin Sebut Narkoba Sebagai Zombie, Perlu penanganan ekstrem Oleh Instansi Terkait
Selain hoax, semburan ujaran kebencian pun marak dialamatkan kepada para calon pemimpin. Masing-masing Komunitas simpatisan saling melancarkan serangan untuk memperburuk citra para calon pemimpin.
Publik tahu bahwa saling serang antar-komunitas simpatisan seperti itu adalah pola lama yang dipraktikan lagi untuk mewarnai rangkaian persiapan Pemilu 2024.
Saling menyemburkan ujaran kebencian itu adalah benih-benih disharmoni dalam masyarakat.