Dosen Ekonomi Pertanian Universitas Islam Makassar (UIM), Dr. Suardi Bakri, mengatakan rendahnya jumlah petani muda disebabkan oleh minimnya daya tarik sektor pertanian dibandingkan industri dan jasa.
“Generasi muda perlu terus didorong untuk terjun ke dunia pertanian. Caranya, buat pertanian semenarik sektor lain,” jelasnya.
Ia menambahkan, program seperti Youth Entrepreneur Support Service (YESS) dan Smart Farming, termasuk penggunaan teknologi digital dan robotik telah memberi harapan baru.
“Program seperti ini penting agar pemuda kembali tertarik dan melihat pertanian sebagai karier masa depan,” ujarnya.
Baca Juga: Kebijakan Presiden Prabowo Turunkan Harga Pupuk 20% Pertama Kali dalam Sejarah
Kini, berbagai lembaga pendidikan dan organisasi seperti KASAI terus mendorong inovasi pertanian digital, kewirausahaan muda, dan pelatihan agribisnis.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan generasi muda, regenerasi petani diharapkan menjadi langkah nyata menuju kemandirian pangan nasional.