Jakarta-Portibinews: Regenerasi petani menjadi tantangan besar bagi masa depan ketahanan pangan nasional.
Data Sensus Pertanian 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, mayoritas petani Indonesia kini berusia tua.
Petani berusia 43–58 tahun mencapai 42,39%, dan usia 59–77 tahun mencapai 27,61%.
Sementara itu, petani muda berusia 19–39 tahun hanya 21,93% atau sekitar 6,18 juta orang dari total petani di Indonesia.
Artinya, lebih dari dua pertiga petani Indonesia kini berusia di atas 40 tahun, kondisi yang memicu kekhawatiran akan keberlanjutan produksi pangan nasional.
KASAI Dorong Regenerasi Petani Muda
Guru Besar Ekonomi Pertanian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus Ketua Umum KASAI (Keluarga Alumni Sosial Ekonomi Pertanian Agribisnis Indonesia), Prof. Dr. Achmad Tjachja Nugraha, menegaskan bahwa regenerasi petani bukan sekadar soal minat, tapi juga daya tarik ekonomi dan kebijakan pemerintah.
Baca Juga: FKMSU Gelar Aksi Jilid III di Kejagung RI, Tuntut Penegakan Hukum Dugaan Korupsi Pasar Tavip Binjai
“Petani kita cukup banyak, tetapi yang berusia di atas 45–50 tahun sangat dominan. Kalau ini dibiarkan, meski lahannya ada, SDM petaninya bisa berkurang,” ujarnya saat ditemui usai Raker KASAI di Wisma Tani Jakarta.
Ia menilai pemerintah perlu memberi insentif dan dukungan nyata agar anak muda tertarik ke sektor pertanian.
“Pertanian itu berproses, tidak seperti di pabrik yang hasilnya cepat. Kalau bukan kita yang bertani, siapa lagi?” tegasnya.
Menurutnya, sektor jasa dan industri kini menjadi magnet besar bagi anak muda. Karena itu, pertanian harus dibuat menarik, modern, dan menguntungkan.
Kondisi serupa terlihat di Sulawesi Selatan, salah satu lumbung pangan nasional.
Data BPS Sulsel menunjukkan, petani muda berusia 19–39 tahun hanya 272.817 orang atau sekitar 26,17% dari total petani di provinsi tersebut, jauh lebih kecil dibandingkan kelompok usia di atas 45 tahun.