Akar Masalah Proyek Kereta Cepat Whoosh, Pengamat Bongkar soal Pindah Tangan dari BUMN ke Investor China

Photo Author
- Minggu, 19 Oktober 2025 | 17:45 WIB
Foto: Kereta api ceoat whoosh (instagram)
Foto: Kereta api ceoat whoosh (instagram)

Baca Juga: Gelombang Protes Santri ke Atalia Praratya Ihwal Bantuan ke Ponpes Al Khoziny: Sebut APBN Bukan Hadiah

“Presiden yang meminta Bu Rini (Soemarno) untuk meneruskan ke China karena Jonan tidak bersedia. Jadi Presiden sendiri yang mengubah dari Jepang ke China,” terang Pambagio.

Pilihan berpindah ke China membawa konsekuensi besar. Skema yang awalnya berupa pinjaman antar negara berubah menjadi model bisnis B2B atau business to business.

Dalam sistem ini, negara tidak diperbolehkan memberi subsidi langsung, namun beban bunga dan risiko finansial justru tetap menimpa keuangan negara.

Skema Bunga dan B2B yang Dinilai Bermasalah

Dalam kesempatan yang sama, pakar transportasi dan anggota tim asistensi awal proyek Whoosh, Harun Ar Rasyid membantah tudingan dirinya yang mengubah bunga proyek dari 0,1 persen menjadi 2 persen.

“Enggak, saya sudah bilang itu salah kalau dikatakan saya yang men-setup 0,1 persen ke 2 persen. Begitu China dimenangkan, ya mereka bikin kesepakatan sendiri,” ujar Harun dalam diskusi yang sama.

Baca Juga: PSSI Siapkan Peta Jalan Baru Timnas Indonesia usai Pecat Kluivert: Target 100 Besar FIFA hingga Piala Dunia 2030

Menurutnya, keputusan pemerintah menggunakan skema B2B justru menjadi akar persoalan.

Harun melanjutkan, dalam sistem itu, investor asing ikut menanam modal hingga 40 persen, namun konsekuensinya negara tidak bisa mengatur pembiayaan sebagaimana proyek G2G.

“Memilih B2B inilah yang ngawur kalau menurut saya. Karena sekarang sebetulnya kereta cepat ini masih tahap awal, baru seperlima mimpi. Mimpi kita sampai Surabaya,” jelasnya.

Beban Lahan dan Subsidi Transportasi

Di sisi lain, Harun juga menyinggung persoalan lahan yang menjadi salah satu penyebab membengkaknya biaya proyek.

Harun menyebut, jika pada proyek jalan tol pembebasan lahan dibiayai negara, maka dalam proyek kereta cepat, biaya tersebut ditanggung oleh perusahaan pelaksana.

Baca Juga: Kecelakaan Mobil Travel vs Truk di Tol Cipularang: dari Dugaan Sopir Alami Microsleep hingga Evakuasi 10 Korban

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ferra Hariyanto

Sumber: Rilis

Tags

Rekomendasi

Terkini

X