Mengubah Partai Buruh di Jerman Menjadi Nazi
Dilansir dari Britannica, pasca Perang Dunia I berakhir, Jerman sebagai pihak yang kalah dalam pertempuran mengalami gejolak politik yang hebat.
Situasi itu melahirkan frustasi dan semakin menguat semangat nasionalisme-rasis di kalangan warga Jerman.
Baca Juga: Menyoal Iring-iringan Mobil RI-36 , Pejabat di Eropa Ini Justru Dilarang Punya Mobil Dinas
Kelompok nasionalisme-rasis di Jerman itu sebenarnya muncul sejak akhir abad ke-19, saat itu masyarakat tengah ramai menyalahkan orang Yahudi atas kekalahan Jerman.
Tidak sedikit juga yang menentang Republik Weimar, sebuah pemerintahan demokratis yang baru di Jerman dari Perjanjian Versailles.
Pada tahun 1919, seorang nasionalis Jerman, Anton Dexler mendirikan sebuah Partai Buruh.
Dexter superioritas bangsa Jerman di Eropa dan berani mengklaim masyarakatnya sebagai bagian dari ras Arya.
Hitler kemudian bergabung dengan Partai Buruh Jerman pada pertengahan September tahun 1919, sebagai pemimpin propaganda.
Bersama Hitler, Partai Buruh Jerman perkembangan pesat dan anggotanya bertambah banyak.
Dalam setiap pidatonya, Hitler selalu mencela Perjanjian Versailles dan mengeluarkan kata-kata antisemitisme, ungkapan yang cenderung menyalahkan Yahudi atas masalah-masalah politik di Jerman.
Pada tahun 1920, nama Partai Buruh itu diubah oleh Hitler menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) atau Partai Buruh Nasional-Sosialis Jerman (NAZI).
Partai Nazi Berhasil Rebut Kursi di Parlemen Jerman
Pada Pemilu Jerman 1932, Partai Nazi yang diusung Hitler berhasil merebut 230 dari 608 kursi di Parlemen Jerman.