BALI-Portibinews: Kasus dugaan perundungan atau bullying yang menimpa almarhum Timothy Anugerah Saputra, selaku mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Udayana (UNUD), menimbulkan kekhawatiran sebagian publik tentang bahaya kasus tersebut dalam dunia pendidikan.
Sebelumnya diketahui, Timothy dinyatakan meninggal dunia pada Rabu, 15 Oktober 2025. Berdasarkan informasi yang beredar, Timothy tewas setelah melompat dari lantai dua gedung FISIP di kampus tersebut.
Di tengah kemarahan publik, sikap ayah Timothy yang berduka atas kepergian anak tercinta, kini justru mencuri perhatian.
Dalam kesedihan yang mendalam, ia memilih untuk menenangkan hati, bukan menebar amarah.
“Saya sakit hati sekali, tapi saya punya Tuhan yang mengajarkan saya memaafkan orang yang salah. Biarkanlah pihak kampus yang melakukan tindakan," ujar ayah Timothy dalam video yang dibagikan ulang akun Instagram @pembasmi.kehaluan.reall, pada Minggu, 19 Oktober 2025.
Baca Juga: Telisik Aksi Bela Palestina di Kantor Kedubes AS: 1.700 Personel Dikerahkan, Pekikan Takbir Menggema
"Dari pihak media sosial juga sudah memberikan mereka sanksi,” imbuhnya.
Pernyataan tersebut lantas menyentuh hati warganet. Banyak yang menilai sikap sang ayah menunjukkan kebesaran hati di tengah tragedi.
Di balik hal itu, menyeruak pertanyaan publik tentang kekerasan sosial yang menimpa Timothy itu masih terjadi di lingkungan akademik yang seharusnya menanamkan nilai kemanusiaan?
Terkini, pihak kampus UNUD akhirnya memberikan sanksi kepada empat mahasiswa pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (Himapol) FISIP.
Baca Juga: Telisik Aksi Bela Palestina di Kantor Kedubes AS: 1.700 Personel Dikerahkan, Pekikan Takbir Menggema
Jeratan Sanksi dari Kampus ke Pembuli
Diketahui, para pelaku skandal bullying terhadap Timothy kini diberhentikan dari jabatan organisasi, dijatuhi pengurangan nilai soft skill, serta diwajibkan membuat surat dan video permintaan maaf.
Wakil Dekan III FISIP Unud, I Made Anom Wiranata menegaskan langkah tersebut merupakan bagian dari pembinaan moral, bukan ekspresi kemarahan.