Untuk menutup kekurangan dana, pemerintah dan BUMN kembali harus menambah porsi pembiayaan melalui pinjaman baru dari CDB atau pihak bank China, dengan bunga di atas 3 persen.
Kini, PT KAI sebagai pemimpin konsorsium BUMN tercatat memiliki beban utang sekitar Rp6,9 triliun kepada CDB.
Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa sempat menegaskan, APBN tidak akan lagi digunakan untuk menanggung kewajiban tersebut.
“Yang jelas saya sekarang belum dihubungi. Kalau di bawah Danantara mereka kan sudah manajemen sendiri, punya dividen sendiri yang rata-rata bisa Rp80 triliun lebih, harusnya mereka sudah di situ jangan di kita lagi (Kemenkeu),” kata Purbaya dalam Media Gathering Kemenkeu di Bogor, pada 12 Oktober 2025.
Restrukturisasi Jadi Opsi
Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025, restrukturisasi utang Whoosh menjadi salah satu dari 22 program strategis Danantara.
Skema yang disiapkan meliputi penambahan ekuitas dan kemungkinan penyerahan beberapa infrastruktur proyek kepada pemerintah untuk dijadikan Badan Layanan Umum (BLU).
Dalam kesempatan berbeda, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan menilai langkah ini sebagai solusi realistis.
Luhut mengakui, sejak awal proyek Whoosh sudah menyimpan banyak masalah yang harus dibenahi.
“Saya terima sudah busuk itu barang. Kemudian kita coba perbaiki, kita audit, BPKP, kemudian kita berunding dengan China,” ujar Luhut dalam acara “1 Tahun Prabowo–Gibran” di Jakarta, pada 18 Oktober 2025.
Menurutnya, pemerintah saat ini tengah menunggu Keputusan Presiden (Keppres) untuk mengesahkan tim restrukturisasi.
“China mau untuk melakukan (restrukturisasi). Tapi kemarin pergantian pemerintah agak terlambat. Sehingga sekarang perlu nunggu Keppres supaya timnya segera berunding,” ucap Luhut.
Luhut menegaskan, restrukturisasi menjadi jalan keluar utama tanpa melibatkan APBN.