Portibinews: KEBIJAKAN penjaminan mutu pendidikan tinggi menjadi sangat penting disesuaikan sejalan dengan perubahan dunia yang sangat cepat dan sulit diprediksi.
Adaptasi kebijakan teknis harus diberikan kepada pimpinan perguruan tinggi (PT) agar pengelolaan pendidikan tinggi semakin agile merespon beragam tuntutan perubahan tersebut.
Prinsip utama yang tidak boleh dilanggar adalah memastikan mutu penyelenggaraan pendidikan tinggi dilakukan secara terus menerus, mudah diakses, menyederhanakan administrasi, dan memenuhi indikator luaran yang ditetapkan.
Baca Juga: Jurnalis Perempuan Potensial Dalam Publikasi dan Kampanyekan Akses Air Minum dan Sanitasi
Salah satu perubahan yang bisa dicontohkan adalah kelas yang bukan lagi diartikan sebagai bentuk ruangan semata, tetapi kelas memiliki nilai relevansi yang luas menghasilkan lulusan yang dibutuhkan dunia industri.
Perkembangan teknologi yang tidak akan pernah berhenti, mengharuskan dosen dan mahasiswa menjadi pembelajar yang juga tidak akan pernah berhenti hanya di ruang kelas.
Baca Juga: Bobby Nasution Harapkan ASN dilingkungan Pemko Medan Gunakan Pakaian Produk UMKM
Kelas harus dintegrasi dengan teknologi yang relevan ketika koridor pembelajaran dirancang untuk menghasilkan mahasiswa dan lulusan yang terampil.
Peran dosen, mahasiswa, kurikulum, dan model pembelajaran (learning process) harus fleksibel agar dapat mengisi kesenjangan yang terjadi antara kualitas lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri.
Kelas kolaboratif berbasis pembelajaran case study dilakukan secara kolaboratif dengan para praktisi. Belajar sepanjang hayat maknanya akan semakin relevan, ketika perguruan tinggi harus menyediakan peluang bagi alumni dan profesional untuk terus mengembangkan diri dan potensi mereka setelah lulus.
Baca Juga: Raih 32 Medali Emas, Medan Amplas Juara Porkot Kota Medan XII Tahun 2023
Penting untuk diingat bahwa adaptasi learning process harus dilakukan melalui indikator yang memastikan perubahan tersebut membawa manfaat nyata bagi lulusan secara terintegrasi.